Hakikat dan Kedudukan Wacana Dalam Linguistik

1 komentar

Hakikat dan Kedudukan Wacana Dalam Linguistik


           Wacana adalah satuan bahasa terlengkap. Kata wacana berasal dari vacana ‘bacaan’ dalam bahasa Sansekerta, kemudian masuk dalam bahasa Jawa menjadi wacana ‘bicara, kata, ucapan’ dan ke dalam bahasa Indonesia menjadi wacana ‘ucapan, percakapan, kuliah’ (Baryadi, 2001:3). Wacana dapat diartikan sebagai bahasa yang diwujudkan di atas kalimat atau di atas klausa (Stubbs, 1983:1). Selaras dengan pengertian yang diberikan oleh Stubbs, wacana disebut sebagai bentuk bahasa di atas kalimat yang mengandung sebuah tema (Sobus, 2002:11). Kridalaksana (2001:231) mengemukakan bahwa arti wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan tertinggi atau terbesar dalam bentuk karangan yang utuh, paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.

 Ahli linguistik Deborah (1994) menjabarkan konsep wacana dalam tiga sudut pandang, yaitu sudut pandang strukturalisme, fungsionalisme, dan sosiolinguitik. Paham struktural memandang wacana sebagai satuan bahasa yang tertinggi. Wacana akan didefinisikan sebagai satuan bahasa yang dalam tataran gramatikal berada di atas kalimat atau di atas klausa.

Menurut pandangan fungsionalisme wacana dilihat sebagai sebuah sistem (cara berbicara yang diatur oleh sistem sosial dan budaya) yang melalui fungsi-fungsi tersebut diwujudkan (Deborah, 1994:41). Hal ini mempertegas konsep wacana yang dikaitkan dengan fungsi bahasa. Penggunaan fungsi bahasa terjadi dalam situasi komunikasi. Tindak komunikasi akan melibatkan beberapa unsur, yaitu penutur, mitra tutur atau penerima pesan, makna, kode, saluran, dan konteks. Jakobson (1960) membedakan enam fungsi bahasa yang didasarkan atas enam tumpuan ujaran. Penutur, konteks, kontak, pesan, kode, dan petutur. Fungsi bahasa yang bertumpu pada penutur disebutnya emotif. Fungsi bahasa yang bertumpu pada petutur atau mitra tutur disebut konatif. Fungsi bahasa yang bertumpu pada konteks disebut referensial. Fungsi bahasa yang bertumpu pada kontak disebut fatik. Fungsi bahasa yang bertumpu pada amanat atau pesan disebut puitik, sedangkan fungsi bahasa yang bertumpu pada kode disebut metalingual.

Dari sudut pandangan sosiolinguistik, wacana akan dilihat sebagai proses komunikasi. Wacana dapat dipandang sebagai ujaran yang merupakan satuan yang lebih besar di atas unit-unit lain, dan ujaran merupakan unit lebih kecil yang merupakan bagian dari wacana. Dengan kata lain wacana muncul tidak sebagai sekumpulan unit-unit struktur bahasa yang dikontekstualkan, tetapi lebih sebagai sekumpulan unit-unit penggunaan bahasa yang dikontekstualkan (Deborah, 1994: 54). Karena ujaran sangat terikat oleh konteks, konsep wacana ini pun menuntut adanya perhatian kepada semua aspek yang terlibat dalam ujaran. Kita tidak hanya memperhatikan penutur dan petutur, tetapi juga aspek lain seperti latar, amanat, kode, dan saluran.

Satuan bahasa (linguistics unit) merupakan bentuk lingual yang menjadi komponen pembentuk bahasa. Satuan bahasa dalam tata bahasa deskriptif akan dilihat dari dua tataran, yaitu tataran bunyi dan tataran gramatikal. Kajian tataran bunyi adalah fonologi, sedangkan tataran gramatikal mencakup morfologi, sintaksis, dan wacana. Ada satuan di atas kalimat yang masih dipandang sebagai satuan gramatikal, yaitu paragraf dan wacana. Dalam hubungan itu, Kridalaksana (1990:32) menjabarkan satuan gramatikal menjadi sembilan level dan menempatkan wacana sebagai satuan gramatikal yang tertinggi dan morfem menempati urutan yang paling bawah.

Sumber:

Setiawan, Teguh. Wacana Bahasa Indonesia. repository.ut.ac.id/4773/1/PBIN4216-M1.pdf

Zulkifli.  Analisis Wacana Dalam Perspektif Kajian Bahasa. slideplayer.info/slide/3997685/pdf

1 komentar :

  1. Slingo Casino in Ohio, near Hollywood, Ohio, takes place Saturday, August 7
    The Ohio Gaming Commission is looking for a new way 해외 안전 놀이터 to try its 가입시 꽁머니 사이트 hand at 토토 사이트 홍보 Bingo, the city's premier bingo 슬롯머신 게임 and bingo game. It's 룰렛프로그램

    BalasHapus