Keterkaitan Karakter Guru dan Muridnya dalam Berita “Mendikbud Ancam Pecat Guru Curang” pada Artikel Harianjogja.com Kajian Wacana Kritis Van Djik
Keterkaitan Karakter Guru dan Muridnya dalam
Berita “Mendikbud Ancam Pecat Guru Curang” pada Artikel Harianjogja.com
Kajian Wacana Kritis Van Djik
Blog: plutoremember.blogspot.com
085607888766
Abstract
Education is a
very important thing that will affect the character of each individual. Schools
become facilitators for the nation's generation to pursue education. But what
happens when teachers and schools do the cheating so that students are able to
pass the National Exam. Mendikbud appealed to dismiss teachers who cheated. It
is a criticism that the teacher who is the role model is not completely clean
of the practice of cheating. When the character of the teacher has been damaged
how the character of the students who educated.
Of course not
all teachers cheat, a news story we can not receive in full without analyzing
it. Harianjogja.com publishes about the Mendikbud that threatens to break the
cheat teacher, which is analyzed using critical discourse theory according to
Van Djik.
Key words:
teacher, student, cheat, fired, mendikbud.
Abstrak
Pendidikan
merupan hal yang sangat penting yang akan mempengaruhi karakter dari setiap
individu. Sekolah menjadi fasilitator bagi para generasi bangsa menempuh pendidikan.
Namun apa jadinya bila guru maupun sekolah melakukan kecurangan agar siswa
mampu lulus dalam Ujian Nasional. Mendikbud menghimbau untuk memecat guru yang
melakukan tindakan curang. Hal tersebut menjadi kecaman bahwa guru yang menjadi
sosok tauladan tidak sepenuhnya bersih dari praktek kecurangan. Bila karakter
guru sudah rusak bagaimana dengan karakter murid yang didiknya.
Tentu tidak
semua guru melakukan kecurangan, sebuah berita tidak dapat kita terima secara
penuh tanpa menganalisisnya. Harianjogja.com mnerbitkan mengenai mendikbud yang
mengancam pecat guru curang, yang dianalisis menggunakan teori wacana kritis
menurut Van Djik.
Kata kunci:
guru, siswa, curang, pecat, mendikbud.
Pendahuluan
Wacana
tidak dipahami semata sebagai studi bahasa. Analisis wacana memang menggunakan
bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis di sini agak
berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa
dianalisis bukan hanya dianalisis dari aspek kebahasaan semata, tetapi juga
menhubungkan dengan konteks sosial. Bahasa, baik pilihan kata maupun struktur
gramatikal, dipahami sebagai pilihan, mana yang dipilih oleh seseorang untuk
diungkapkan membawa makna tertentu.
Wacana
dilihat bukan hanya dari strukturnya, tetapi juga menyertakan bagaimana wacana
itu diproduksi. Proses produksi wacana itu menyertakan suatu proses yang
disebut sebagai kognisi sosial. Dari
suatu analisis teks dapat diketahui bahwa suatu wacana cenderung memarjinalkan
kelompok minoritas dalam pembicaraan publik. Menurut Van Djik, wacana semacam
ini hanya tumbuh dalam suasana dimana pembuat teks yang memang berpandangan
cenderung memarjinalkan kelompok
minoritas.
Setiap
tahun Ujian Nasional selalu diadakan. Banyak kecurangan yang dilakukan oleh
siswa, seperti menyontek atau membeli kunci jawaban. Pemerintah sampai
melakukan banyak perubahan dalam sistim pelaksanaan ujian, hingga dari paket
ujian yang begitu banyak sampai ujian berbasis komputer. Hal tersebut dilakukan
untuk mencegah kecurangan siswa. Tetapi ternyata kecurangan tidak hanya
dilakukan oleh siswa, guru mendapat sorotan karena ikut andil dalam membentuk
karakter siswa sebagai generasi penerus bangsa. Dalam artikel “Mendikbud Ancam
Pecat Guru Curang” terbitan Harianjogja.com pada Rabu, 5
April 2017 yang membahas tentang kecaman
mendikbud terhadap guru yang membantu siswanya dalam ujian.
Pembahasan
selanjutnya menggunakan teori Van Djik sebagai pendekatan analisis berita. Ada
tiga hal penting yang mempengarui produksi maupun analisis wacana yakni:
ideologi, pengetahuan dan wacana. Ideologi mempengaruhi produksi wacana. Tidak
ada wacana yang benar-benar netral atau steril dari ideologi penutur atau
pembuatnya. Ideologi adalah sistem kepercayaan baik kepercayaan kolektif
masyarakat maupun skemata kelompok yang khas, yang tersusun dari berbagai
kategori yang mencerminkan identitas, struktur sosial, dan posisi kelompok.
Ideologi merupakan basis sikap sosial. Pengetahuan adalah kepercayaan yang
dibuktikan dengan benar (dijustifikasi). Kepercayaan menjadi pengetahuan
apabila dimiliki oleh kelompok yang bersangkutan
Kajian
Pustaka
Analisis Wacana Menurut Teun A.
Van Dijk
Analisis
Wacana Kritis Moden van Dijk dikenal dengan model “kognisi sosial” yaitu medel
analisis yang tidak hanya mendasarkan pada analisis teks semata, tetapi
juga proses produksi wacana tersebut
yang dinamakan kognisi sosial. Dijk berusaha untuk menyambungkan wacana dengan
konteks sosialnya. Dalam hal ini konteks sosial sebagai elemen besar struktur
sosial (stuktur makro) dan elemen wacana seperti gaya bahasa, kalimat dan
lain-lain (struktur mikro).
Wacana
menurut Van Dijk memiliki tiga dimensi : teks, kognisi sosial dan konteks
sosial.
1. Dalam
teks (stuktur mikro) Van Dijk berusaha
meneliti dan mamaknai bagaimana struktur teks dan strategi wacana secara
kebahasaan (bentuk kalimat, pilihan kata, metafora yang dipakai)
2. Pada
level kognisi sosial dipelajari bagaimana proses produksi teks berita yang
melibatkan kognisi individu dari wartawan.
3. Pada
level konteks sosial (struktur makro) mempelajari bangunan wacana yang
berkembang dalam masyarakat akan suatu
masalah.
Van Dijk membagi struktur teks ke
dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna
global/ umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema
yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur.
1.
Struktrur makro (thematic structure)
Struktur makro merupakan makna
global sebuh teks yang dapat dipahami melalui topiknya. Topik direpresentasikan
ke dalam suatu atau beberapa kalimat yang merupakan gagasan utama/ide pokok
wacana. Topik juga dikatakan sebagai “semantic macrostructure” (Van Dijk,
1985:69). Makrostruktur ini dikatakan sebagai semantik karena ketika kita berbicara
tentang topik atau tema dalam sebuah teks, kita akan berhadapan dengan makna
dan refrensi.
2. Superstruktur
(superstructure)
Superstruktur
merupakan struktur yang digunakan untuk mendeskripsikan skema, di
mana keseluruhan topik atau isi global berita diselipkan. Superstruktur ini
mengorganisikan topik dengan cara menyusun kalimat atau unit-unit beritanya
berdasarkan urutan atau hiraki yang diinginkan. Teks atau wacana umumnya
mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut
menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga
membentuk kesatuan arti. Meskipun mempunyai bentuk dan skema yang beragam,
berita umumnya mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary yang
biasanya ditandai dengan dua elemen yakni judul dan lead. Elemen skema ini
merupakan elemen yang dipandang paling penting. Judul umumnya menunjukkan tema
yang ingin ditampilkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Lead umumnya sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan
sebelum masuk dalam isi berita secara lengkap. Kedua, story yakni
isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini juga mempunyai dua subkategori.
Yang pertama berupa situasi yakni proses atau jalannya peristiwa, sedang yang
kedua komentar yang ditampilkan dalam teks.
3. Struktur
Mikro
Struktur mikro adalah struktur
wacana itu sendiri yang terdiri atas beberapa elemen, yaitu:
1) Elemen Sintaksis
Elemen
sintaksis merupakan salah satu elemen penting yang dimaanfaatkan untuk
mengimplikasikan ideologi. Dengan kata lain, melalui struktur sintaksis
tertentu, pembaca dapat menangkap maksud yang ada dibalik kalimat-kalimat dalam
berita. Melalui struktur sintaksis, wartawan dapat menggambarkan aktor atau
peristiwa tertentu secara negafit maupun posifit. Elemen sinaksis meliputi
koherensi yang dibagi menjadi, koherensi kondisional, koherensi pembeda,
pengingkaran, bentuk kalimat, dan kata ganti.
2) Elemen
Semantik (makna lokal)
Elemen
semantik ini sangat erat hubunganya dengan elemen leksikon dan sintaksis sebab
penggunaan leksikon dan struktur sintaksis tertentu dalam berita dapat
memunculkan makna tertentu. Berikut ini adalah unsur-unsur wacana yang
tergolong ke dalam elemen semantik.
1. Latar
Latar merupakan bagian berita
yang dapat mengpengaruhi semantik (arti) yang inggin ditampilkan. Latar dapat
menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks (Eriyanto, 2001:235).
oleh karena itu, latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat
membongkar apa maksud yang inggin disampaikan oleh wartawan. Latar peristiwa
itu dipakai untuk menyediakan dasar hendak ke mana teks dibawah.
2. Detil
Elemen wacana detil berhubungan
dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang (Eriyanto, 2001: 238).
Detil yang lengkap dan panjang merupakan penonjolan yang dilakukan secara
sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak. Detil yang lengkap
itu akan dihilangkan kalau berhubungan dengan sesuatu yang menyangkut kelemahan
atau kegagalan komunikator.
3. Maksud
Elemen wacana maksud hampir sama
dengan detil, hanya saja elemen maksud meliat informasi yang menguntungkan
komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi
yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi.
4. Pranggapan
Elemen wacana pranggapan
merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks.
Pranggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang
dipercaya kebenarannya. Pranggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang
terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan.
3) Elemen
leksikon
Elemen
leksikom menyangkut pemilihan diksi. Pemilihan diksi telah diketahui dapat
mengeskspresikan idiologi maupun persuai, sebagaimana yang terjadi pada
“terrorist” dan “freedomfighter”. Bagaimana aktor yang sama digambarkan dengan
dua diksi yang berbeda berimplikasi pada pemahaman pembaca tenteng aktor
tersebut.
4) Elemen
Retorik
Elemen
retorik menyangkut penggunaan repetisi, alitersi, metafora yang dapat berfungsi
sebagai “idiologi kontrol” manakala sebuah informasi yang kurang baik tentang
aktor tertentu dibuat kurang mencolok sementara informasi tentang aktor lain
ditekankan. Dengan kata lain, retorik ini digunakan untuk memberi penekanan
posifif atau negatif terhadap aktor atau peristiwa dalam berita. Metafora dalam
suatu wacana, dimana seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok
lewat teks, tetapi juga kiasan,ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagian
ornamen atau bumbu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakian metafora tertentu
bisa jadi pakian oleh wartawan secara strategi sebagai landasan berfikir,
alasan pembenar atas pendapat tertentu kepada publik. Penggunaan ungkapan
sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan ungkapan
ayat suci dipakai untuk memperkuat pesan utama.
Kognisi Sosial
Analisis
sosial tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks, tetapi juga
bagaimana suatu teks diproduksi. Van Dijk menawarkan suatu analisis yang
disebut sebagai kognisi sosial.
Bagimana
peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada skema. Van Dijk menyebut
skema ini sebagai model. Skema sangat ditentukan oleh pengalaman dan
sosialisasi. Sebagai sebuah struktur mental, skema menolong kita menjelaskan
realitas dunia yang kompleks. Ada beberapa macam skema atau model yang dapat
digambarkan dalam table berikut.
Skema
Person (Person Schemas)
|
Skema ini menggambarkan
bagaimana seseorang menggambaran dan memandang orang lain.
|
Skema
Diri (Self Schemas)
|
Skema ini berhubungan dengan
bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dan digambarkan oleh seseorang.
|
Skema
Peran (Role Schemas)
|
Skema ini berhubungan dengan
bagaimana seseorang memandang posisi seseorang dalam hubungan masyarakat.
|
Skema
Peristiwa (Event Schemas)
|
Skema ini menggambarkan
bagaimana kita selalu melihat, mendengar peristiwa yang lalu lalang. Dan
setiap peristiwa selalu kita tafsirkan dan maknai dalam skema tertentu.
|
Metode
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan tujuan
untuk mendeskripsikan suaatu hal dengan cara pengumpulan data. Penelitian kualitatif menggunakan
metode pengumpulan data secara kualitatif yaitu pengamatan. Penelitian ini mengambil sumber data berupa artikel “Mendikbud Ancam Pecat Guru Curang” dalam Harianjogja.com, data penelitian ini
adalah semua frasa, klausa kalimat, dan paragraf. Teknik pengumpulan data dengan teknik
mengutip berita. Analisis data dalam penelitian menggunakan teori Van
djik sebagai dasar analisis.
Hasil Pembahasan
Analisis Mikro pada Wacana Berita
Tema yang terdapat pada berita
“Mendikbud Ancam Pecat Guru Curang” yang diterbitkan Harianjogja.com ialah
mengenai himbauan mendikbud kepada para guru untuk tidak membantu muridnya
dalam Ujian Nasional (UN). Tema kedua ialah tentang kecurangan sekolah yang
membuat generasi penerus bangsa bermental curang merusak karakter siswa.
Tema
ini mensugestikan kepada pembaca bahwa guru sangat berperan dalam pembentukan
karakter siswa. Jika gurunya curang, maka akan melahirkan siswa yang bermental
curang pula. Tema wacana ini di dukung oleh skematik berita sebagai berikut:
(1) Judul berita sampai lead berita menitik
beratkan pada guru sebagai objek pusat perhatian;
(2) Pada badan berita dari paragraf 1-3 kecurangan
guru masih menjadi titik tekan;
(3) Pada paragraf 4-6, disebut bahwa kecurangan
tidak hanya dilakukan oleh guru, tapi oleh pihak sekolah. Disini seolah semua
guru di sekolah melakukan kecurangan yang hanya akan mencetak generasi curang.
Padahal belum tentu senua guru melakukan hal yang curang;
(4) Paragraf 7-10 berisi alasan kecurangan yang
lingkup terjadinya lebih banyak di perkotaan daripada di desa. Kemudian
dijelaskan data siswa yang ikut UN kertas pensil dan UNBK.
Dari
skema di atas terlihat bahwa penulis ingin menggambarkan kecurangan guru yang
mendapat himbauan keras dari mendikbud. Hal tersebut dikuatkan dengan
meletakkan ulasan kecurangan guru dari judul, lead, susunan awal berita yang kemudian diakhiri dengan informasi
tambahan mengenai jumlah peserta ujian nasional yang mencapai ribuan, hal ini
tentu dapat membuat sebuah asumsi, jika sekolah dan para guru berlaku curang
akan melahirkan ribuan siswa yang bermental curang pula. Mengingat kecurangan
guru itu ditekankan di awal paragraf. Hal tersebutdapat dibuktikan dari kutipan
berikut:
Guru yang terbukti melakukan kecurangan dalam pelaksanaan
ujian di sekolah baik Ujian Nasional (UN) maupun Ujian Sekolah Berstandar
Nasional (USBN) akan dipecat. Haitu ditegaskan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy. (Harianjogja.com/paragraf 1/5-4-2017)
Pada tahun ini, sebanyak 1.327.246 siswa dari 12.509 sekolah mengikuti UN
SMK. Sebanyak 1,3 juta siswa SMK tersebut terdiri dari 150.855 peserta Ujian
Nasional Kertas Pensil (UNKP) dan 1.176.391 peserta UNBK.(Harianjogja.com/paragraf
9/5-4-2017)
Kecurangan
para guru juga dapat dibuktikan melalui analisis mikro menurut Van Djik, yang
meliputi detil, latar, leksikon dan metafora. Detil kecurangan sekolahataupun
guru tampak pada ulasan berita yang mendapat porsi panjang dari paragraf 1-8,
yang dimaksudkan menguraikan kecurangan para guru maupun sekolah dalam
meningkatkan jumlah kelulusan. Pada paragraf ke-7 terdapat ulasan bahwa
kecurangan lebih banyak terdapat di kota daripada di desa, diperkuat dengan
kutipan langsung dari mendikbud “Bukan di desa. Bahkan di Sambas Kalimantan
Barat, ujian sekolah ditata dengan baik seperti halnya UN.” Kata bukan di desa, menitik beratkan
pada detil kecurangan yang dilakukan oleh sekolah di perkotaan, namun tidak diulas
secara lebih mendalam mengenai penyebab kecurangan dan data mengenai jumlah
sekolah yang melakukan kecurangan. Kutipan di atas sekaligus menjadi latar
peristiwa, yang dapat membentuk asumsi bahwa di desa tidak ada kecurangan.
Leksikon
yang dipilih penulis berita sangat terlihat mengecam tindakan guru yang berbuat
curang membantu muridnya. Beberapa leksikon yang dipilih antara lain ditegaskan,
menegaskan, dipecat, kecurangan. Kata-kata tersebut menjadi sangat tajam
dalam memaparkan berita.
Metafora
dalam berita pun menegaskan bahwa kecurangan yang dilakukan oleh guru merupakan
perbuatan yang sangat kotor seperti pada paragraf ke-3 dan ke-4.
“Membantu murid dalam ujian sama
halnya memahat ketidak jujuran.” (Harianjogja.com/paragraf
3/5-4-2017)
“Sekolah harus antikecurangan, karena sekolah
merupakan hulu dari peradaban. Kalau sumber dari peradabannya kotor, jangan
harap di hilirnya bersih. Sedangkan yang hulunya saja bersih, belum tentu di
hilirnya bersih. Tapi paling tidak, sekolah harus bersih dari praktik
kecurangan,” ungkap Mendikbud menandaskan. (Harianjogja.com/paragraf 4/5-4-2017)
Kata
memahat di situ berarti mengukir secara paten tentang ketidakjujuran.
Tentu hal tersebut terkesan miris, karena karakter guru menjadi dipertanyakan.
Kata sekolah
merupakan hulu dari peradaban menegaskan bahwa sekolah merupakan pusat dari
terbentuknya sebuah peradaban. Bila pusat yang membentuk sebuah peradaban
berlaku curang tentu peradaban tersebut akan hancur.
Kognisi Sosial dan
Produksi Berita
Bagaimana
peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada skema (Eryanto, 2001: 261).
Dalam berita “Mendikbud Ancam Pecat Guru
Curang” skema yang terlihat ialah skema peran. Penulis menggambarkan Muhadjir
Efendy yang merupakan menteri pendidikan dan kebudayaan dalam menanggapi Ujian
Nasional yang merupakan sebuah peristiwa penting untuk menentukan karakter
penerus bangsa. Pendapat Muhadjir Efendy sangatlah penting mengingat peran dan
statusnya. Sehingga apa yang ia katakan bisa menjadi himbauan, perintah, bahkan
kecaman yang menarik banyak perhatian.
Penulis
berita hanya menunjukkan sisi kecurangan guru, padahal banyak pula guru yang
tidak berbuat curang. Dalam konteks sosial guru menjadi sosok yang digugu dan
ditiru. Apa yang menjadi perkataan guru, bisa menjadi sebuah hukum yang selalu
dipegang sorang murid. Karakter siswa yang curang seolah menjadi kesalahan
penuh guru dan sekolah. Guru menjadi
kelompok yang termarjinalkan, padahal karakter seorang murid tidak hanya
dibentuk oleh guru tetapi juga faktor lain, seperti faktor keluarga, pergaulan
serta karakter dari setiap siswa.
Simpulan
Sangat penting untuk mencerna sebuah
wacana dengan menganalisisnya terlebih dahulu karena dalam sebuah wacana isi
yang disampaikan belum sepenuhnya akurat. Permainan kata dan pemilihan leksikon
mampu menyajikan sebuah berita yang sangat terpercaya. Namun berita tidaklah
lepas dari konteks sosial serta latar belakang tujuan penulis. dalam berita
"Mendikbud Ancam Pecat Guru Curang", menyadarkan kita bahwa karakter
guru sangatlah penting dalam pendidikan. Untuk mewujudkan pendidikan
berkarakter harus diimbangi dengan pengajar yang berkarakter pula.
Rekomendasi
Teori Van Djik cukup efektif sebagai pendekatan
dalam menganalisis berita. Namun tidak semua teori yang ada dapat diterapkan
dalam berita. Berita mengenai kecurangan guru, sekolah, maupun siswa selalu
menjadi sorotan setiap tahunnya mengingat Ujian Nasional dilakukan setiap tahun
sekali. Akan menjadi hal yang bermanfaat jika kita mau menganalisisnya secara
mendalam agar mampu melihat sebuah akar permasalahan dengan benar. Banyak teori
lain yang dapat digunakan selain teori Van Djik, membandingkan dengan teori
yang sudah ada di buku mengenai pendidikan dan pembelajaran juga akan sangat
menarik untuk menambah keakuratan data dan hasil analisis.
Sumber Pustaka
Eriyanto. 2001. Analisis
Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS.
Hariajogja.com. Mendikbud Ancam Pecat Guru Curang.
link artikel yang dianalisis: http://www.harianjogja.com/baca/2017/04/05/ujian-nasional-2017-mendikbud-ancam-pecat-guru-curang-807491
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar