Keterkaitan Karakter Guru dan Muridnya dalam Berita “Mendikbud Ancam Pecat Guru Curang” pada Artikel Harianjogja.com Kajian Wacana Kritis Van Djik

Tidak ada komentar


Keterkaitan Karakter Guru dan Muridnya dalam Berita “Mendikbud Ancam Pecat Guru Curang” pada Artikel Harianjogja.com
Kajian Wacana Kritis Van Djik
Khusnul Khotimah (146150) – e-mail: khusnulk2@gmail.com
Blog: plutoremember.blogspot.com
085607888766


Abstract

Education is a very important thing that will affect the character of each individual. Schools become facilitators for the nation's generation to pursue education. But what happens when teachers and schools do the cheating so that students are able to pass the National Exam. Mendikbud appealed to dismiss teachers who cheated. It is a criticism that the teacher who is the role model is not completely clean of the practice of cheating. When the character of the teacher has been damaged how the character of the students who educated.
Of course not all teachers cheat, a news story we can not receive in full without analyzing it. Harianjogja.com publishes about the Mendikbud that threatens to break the cheat teacher, which is analyzed using critical discourse theory according to Van Djik.
Key words: teacher, student, cheat, fired, mendikbud.


Abstrak

Pendidikan merupan hal yang sangat penting yang akan mempengaruhi karakter dari setiap individu. Sekolah menjadi fasilitator bagi para generasi bangsa menempuh pendidikan. Namun apa jadinya bila guru maupun sekolah melakukan kecurangan agar siswa mampu lulus dalam Ujian Nasional. Mendikbud menghimbau untuk memecat guru yang melakukan tindakan curang. Hal tersebut menjadi kecaman bahwa guru yang menjadi sosok tauladan tidak sepenuhnya bersih dari praktek kecurangan. Bila karakter guru sudah rusak bagaimana dengan karakter murid yang didiknya.
Tentu tidak semua guru melakukan kecurangan, sebuah berita tidak dapat kita terima secara penuh tanpa menganalisisnya. Harianjogja.com mnerbitkan mengenai mendikbud yang mengancam pecat guru curang, yang dianalisis menggunakan teori wacana kritis menurut Van Djik.
Kata kunci: guru, siswa, curang, pecat, mendikbud.

Pendahuluan
Wacana tidak dipahami semata sebagai studi bahasa. Analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis di sini agak berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa dianalisis bukan hanya dianalisis dari aspek kebahasaan semata, tetapi juga menhubungkan dengan konteks sosial. Bahasa, baik pilihan kata maupun struktur gramatikal, dipahami sebagai pilihan, mana yang dipilih oleh seseorang untuk diungkapkan membawa makna tertentu.
Wacana dilihat bukan hanya dari strukturnya, tetapi juga menyertakan bagaimana wacana itu diproduksi. Proses produksi wacana itu menyertakan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial.  Dari suatu analisis teks dapat diketahui bahwa suatu wacana cenderung memarjinalkan kelompok minoritas dalam pembicaraan publik. Menurut Van Djik, wacana semacam ini hanya tumbuh dalam suasana dimana pembuat teks yang memang berpandangan cenderung memarjinalkan kelompok  minoritas.
Setiap tahun Ujian Nasional selalu diadakan. Banyak kecurangan yang dilakukan oleh siswa, seperti menyontek atau membeli kunci jawaban. Pemerintah sampai melakukan banyak perubahan dalam sistim pelaksanaan ujian, hingga dari paket ujian yang begitu banyak sampai ujian berbasis komputer. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah kecurangan siswa. Tetapi ternyata kecurangan tidak hanya dilakukan oleh siswa, guru mendapat sorotan karena ikut andil dalam membentuk karakter siswa sebagai generasi penerus bangsa. Dalam artikel “Mendikbud Ancam Pecat Guru Curang” terbitan Harianjogja.com pada Rabu, 5 April 2017 yang membahas tentang kecaman mendikbud terhadap guru yang membantu siswanya dalam ujian.
Pembahasan selanjutnya menggunakan teori Van Djik sebagai pendekatan analisis berita. Ada tiga hal penting yang mempengarui produksi maupun analisis wacana yakni: ideologi, pengetahuan dan wacana. Ideologi mempengaruhi produksi wacana. Tidak ada wacana yang benar-benar netral atau steril dari ideologi penutur atau pembuatnya. Ideologi adalah sistem kepercayaan baik kepercayaan kolektif masyarakat maupun skemata kelompok yang khas, yang tersusun dari berbagai kategori yang mencerminkan identitas, struktur sosial, dan posisi kelompok. Ideologi merupakan basis sikap sosial. Pengetahuan adalah kepercayaan yang dibuktikan dengan benar (dijustifikasi). Kepercayaan menjadi pengetahuan apabila dimiliki oleh kelompok yang bersangkutan

Kajian Pustaka
Analisis Wacana Menurut Teun A. Van Dijk
Analisis Wacana Kritis Moden van Dijk dikenal dengan model “kognisi sosial” yaitu medel analisis yang tidak hanya mendasarkan pada analisis teks semata, tetapi juga  proses produksi wacana tersebut yang dinamakan kognisi sosial. Dijk berusaha untuk menyambungkan wacana dengan konteks sosialnya. Dalam hal ini konteks sosial sebagai elemen besar struktur sosial (stuktur makro) dan elemen wacana seperti gaya bahasa, kalimat dan lain-lain (struktur mikro).
Wacana menurut Van Dijk memiliki tiga dimensi : teks, kognisi sosial dan konteks sosial.
1.      Dalam teks (stuktur mikro) Van Dijk berusaha meneliti dan mamaknai bagaimana struktur teks dan strategi wacana secara kebahasaan (bentuk kalimat, pilihan kata, metafora yang dipakai)
2.      Pada level kognisi sosial dipelajari bagaimana proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan.
3.      Pada level konteks sosial (struktur makro) mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan  suatu masalah.

Van Dijk membagi struktur teks ke dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global/ umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur.
         1.  Struktrur makro (thematic structure)
Struktur makro merupakan makna global sebuh teks yang dapat dipahami melalui topiknya. Topik direpresentasikan ke dalam suatu atau beberapa kalimat yang merupakan gagasan utama/ide pokok wacana. Topik juga dikatakan sebagai “semantic macrostructure” (Van Dijk, 1985:69). Makrostruktur ini dikatakan sebagai semantik karena ketika kita berbicara tentang topik atau tema dalam sebuah teks, kita akan berhadapan dengan makna dan refrensi.
                                
2.  Superstruktur (superstructure)
 Superstruktur merupakan struktur yang digunakan untuk mendeskripsikan skemadi mana keseluruhan topik atau isi global berita diselipkan. Superstruktur ini mengorganisikan topik dengan cara menyusun kalimat atau unit-unit beritanya berdasarkan urutan atau hiraki yang diinginkan. Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Meskipun mempunyai bentuk dan skema yang beragam, berita umumnya mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary yang biasanya ditandai dengan dua elemen yakni judul dan lead. Elemen skema ini merupakan elemen yang dipandang paling penting. Judul umumnya menunjukkan tema yang ingin ditampilkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Lead umumnya sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi berita secara lengkap. Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini juga mempunyai dua subkategori. Yang pertama berupa situasi yakni proses atau jalannya peristiwa, sedang yang kedua komentar yang ditampilkan dalam teks.

3.    Struktur Mikro
Struktur mikro adalah struktur wacana itu sendiri yang terdiri atas beberapa elemen, yaitu:
1)   Elemen Sintaksis
Elemen sintaksis merupakan salah satu elemen penting yang dimaanfaatkan untuk mengimplikasikan ideologi. Dengan kata lain, melalui struktur sintaksis tertentu, pembaca dapat menangkap maksud yang ada dibalik kalimat-kalimat dalam berita. Melalui struktur sintaksis, wartawan dapat menggambarkan aktor atau peristiwa tertentu secara negafit maupun posifit. Elemen sinaksis meliputi koherensi yang dibagi menjadi, koherensi kondisional, koherensi pembeda, pengingkaran, bentuk kalimat, dan kata ganti.
2)   Elemen Semantik (makna lokal)
Elemen semantik ini sangat erat hubunganya dengan elemen leksikon dan sintaksis sebab penggunaan leksikon dan struktur sintaksis tertentu dalam berita dapat memunculkan makna tertentu. Berikut ini adalah unsur-unsur wacana yang tergolong ke dalam elemen semantik.
1.      Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat mengpengaruhi semantik (arti) yang inggin ditampilkan. Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks (Eriyanto, 2001:235). oleh karena itu, latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat membongkar apa maksud yang inggin disampaikan oleh wartawan. Latar peristiwa itu dipakai untuk menyediakan dasar hendak ke mana teks dibawah.
2.      Detil
Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang (Eriyanto, 2001: 238). Detil yang lengkap dan panjang merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak. Detil yang lengkap itu akan dihilangkan kalau berhubungan dengan sesuatu yang menyangkut kelemahan atau kegagalan komunikator.
3.      Maksud
Elemen wacana maksud hampir sama dengan detil, hanya saja elemen maksud meliat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi.
4.      Pranggapan
Elemen wacana pranggapan merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Pranggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Pranggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan.


3)    Elemen leksikon
Elemen leksikom menyangkut pemilihan diksi. Pemilihan diksi telah diketahui dapat mengeskspresikan idiologi maupun persuai, sebagaimana yang terjadi pada “terrorist” dan “freedomfighter”. Bagaimana aktor yang sama digambarkan dengan dua diksi yang berbeda berimplikasi pada pemahaman pembaca tenteng aktor tersebut.

4)   Elemen Retorik
Elemen retorik menyangkut penggunaan repetisi, alitersi, metafora yang dapat berfungsi sebagai “idiologi kontrol” manakala sebuah informasi yang kurang baik tentang aktor tertentu dibuat kurang mencolok sementara informasi tentang aktor lain ditekankan. Dengan kata lain, retorik ini digunakan untuk memberi penekanan posifif atau negatif terhadap aktor atau peristiwa dalam berita. Metafora dalam suatu wacana, dimana seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan,ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagian ornamen atau bumbu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakian metafora tertentu bisa jadi pakian oleh wartawan secara strategi sebagai landasan berfikir, alasan pembenar atas pendapat tertentu kepada publik. Penggunaan ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan ungkapan ayat suci dipakai untuk memperkuat pesan utama.
Kognisi Sosial
Analisis sosial tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks, tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi. Van Dijk menawarkan suatu analisis yang disebut sebagai kognisi sosial.
Bagimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada skema. Van Dijk menyebut skema ini sebagai model. Skema sangat ditentukan oleh pengalaman dan sosialisasi. Sebagai sebuah struktur mental, skema menolong kita menjelaskan realitas dunia yang kompleks. Ada beberapa macam skema atau model yang dapat digambarkan dalam table berikut.

Skema Person (Person Schemas)
Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambaran dan memandang orang lain.
Skema Diri (Self Schemas)
Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dan digambarkan oleh seseorang.
Skema Peran (Role Schemas)
Skema ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang posisi seseorang dalam hubungan masyarakat.
Skema Peristiwa (Event Schemas)
Skema ini menggambarkan bagaimana kita selalu melihat, mendengar peristiwa yang lalu lalang. Dan setiap peristiwa selalu kita tafsirkan dan maknai dalam skema tertentu.

Metode
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan tujuan untuk mendeskripsikan suaatu hal dengan cara pengumpulan data. Penelitian kualitatif menggunakan metode pengumpulan data secara kualitatif yaitu pengamatan. Penelitian ini mengambil sumber data berupa artikel  “Mendikbud Ancam Pecat Guru Curang” dalam Harianjogja.com, data penelitian ini adalah semua frasa, klausa kalimat, dan paragraf.  Teknik pengumpulan data dengan teknik mengutip berita. Analisis data dalam penelitian menggunakan teori Van djik sebagai dasar analisis.

Hasil Pembahasan
Analisis Mikro pada Wacana Berita

Tema yang terdapat pada berita “Mendikbud Ancam Pecat Guru Curang” yang diterbitkan Harianjogja.com ialah mengenai himbauan mendikbud kepada para guru untuk tidak membantu muridnya dalam Ujian Nasional (UN). Tema kedua ialah tentang kecurangan sekolah yang membuat generasi penerus bangsa bermental curang merusak karakter siswa.
Tema ini mensugestikan kepada pembaca bahwa guru sangat berperan dalam pembentukan karakter siswa. Jika gurunya curang, maka akan melahirkan siswa yang bermental curang pula. Tema wacana ini di dukung oleh skematik berita sebagai berikut:
(1)  Judul berita sampai lead berita menitik beratkan pada guru sebagai objek pusat perhatian;
(2)  Pada badan berita dari paragraf 1-3 kecurangan guru masih menjadi titik tekan;
(3)  Pada paragraf 4-6, disebut bahwa kecurangan tidak hanya dilakukan oleh guru, tapi oleh pihak sekolah. Disini seolah semua guru di sekolah melakukan kecurangan yang hanya akan mencetak generasi curang. Padahal belum tentu senua guru melakukan hal yang curang;
(4)  Paragraf 7-10 berisi alasan kecurangan yang lingkup terjadinya lebih banyak di perkotaan daripada di desa. Kemudian dijelaskan data siswa yang ikut UN kertas pensil dan UNBK.
Dari skema di atas terlihat bahwa penulis ingin menggambarkan kecurangan guru yang mendapat himbauan keras dari mendikbud. Hal tersebut dikuatkan dengan meletakkan ulasan kecurangan guru dari judul, lead, susunan awal berita yang kemudian diakhiri dengan informasi tambahan mengenai jumlah peserta ujian nasional yang mencapai ribuan, hal ini tentu dapat membuat sebuah asumsi, jika sekolah dan para guru berlaku curang akan melahirkan ribuan siswa yang bermental curang pula. Mengingat kecurangan guru itu ditekankan di awal paragraf. Hal tersebutdapat dibuktikan dari kutipan berikut:
Guru yang terbukti melakukan kecurangan dalam pelaksanaan ujian di sekolah baik Ujian Nasional (UN) maupun Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) akan dipecat. Haitu ditegaskan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy. (Harianjogja.com/paragraf 1/5-4-2017)
Pada tahun ini, sebanyak 1.327.246 siswa dari 12.509 sekolah mengikuti UN SMK. Sebanyak 1,3 juta siswa SMK tersebut terdiri dari 150.855 peserta Ujian Nasional Kertas Pensil (UNKP) dan 1.176.391 peserta UNBK.(Harianjogja.com/paragraf 9/5-4-2017)
Kecurangan para guru juga dapat dibuktikan melalui analisis mikro menurut Van Djik, yang meliputi detil, latar, leksikon dan metafora. Detil kecurangan sekolahataupun guru tampak pada ulasan berita yang mendapat porsi panjang dari paragraf 1-8, yang dimaksudkan menguraikan kecurangan para guru maupun sekolah dalam meningkatkan jumlah kelulusan. Pada paragraf ke-7 terdapat ulasan bahwa kecurangan lebih banyak terdapat di kota daripada di desa, diperkuat dengan kutipan langsung dari mendikbud “Bukan di desa. Bahkan di Sambas Kalimantan Barat, ujian sekolah ditata dengan baik seperti halnya UN.”  Kata bukan di desa, menitik beratkan pada detil kecurangan yang dilakukan oleh sekolah di perkotaan, namun tidak diulas secara lebih mendalam mengenai penyebab kecurangan dan data mengenai jumlah sekolah yang melakukan kecurangan. Kutipan di atas sekaligus menjadi latar peristiwa, yang dapat membentuk asumsi bahwa di desa tidak ada kecurangan.
Leksikon yang dipilih penulis berita sangat terlihat mengecam tindakan guru yang berbuat curang membantu muridnya. Beberapa leksikon yang dipilih antara lain ditegaskan, menegaskan, dipecat, kecurangan. Kata-kata tersebut menjadi sangat tajam dalam memaparkan berita.
Metafora dalam berita pun menegaskan bahwa kecurangan yang dilakukan oleh guru merupakan perbuatan yang sangat kotor seperti pada paragraf ke-3 dan ke-4.
“Membantu murid dalam ujian sama halnya memahat ketidak jujuran.” (Harianjogja.com/paragraf 3/5-4-2017)
“Sekolah harus antikecurangan, karena sekolah merupakan hulu dari peradaban. Kalau sumber dari peradabannya kotor, jangan harap di hilirnya bersih. Sedangkan yang hulunya saja bersih, belum tentu di hilirnya bersih. Tapi paling tidak, sekolah harus bersih dari praktik kecurangan,” ungkap Mendikbud menandaskan. (Harianjogja.com/paragraf 4/5-4-2017)
Kata memahat di situ berarti mengukir secara paten tentang ketidakjujuran. Tentu hal tersebut terkesan miris, karena karakter guru menjadi dipertanyakan. Kata sekolah merupakan hulu dari peradaban menegaskan bahwa sekolah merupakan pusat dari terbentuknya sebuah peradaban. Bila pusat yang membentuk sebuah peradaban berlaku curang tentu peradaban tersebut akan hancur.

Kognisi Sosial dan Produksi Berita
Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada skema (Eryanto, 2001: 261). Dalam berita  “Mendikbud Ancam Pecat Guru Curang” skema yang terlihat ialah skema peran. Penulis menggambarkan Muhadjir Efendy yang merupakan menteri pendidikan dan kebudayaan dalam menanggapi Ujian Nasional yang merupakan sebuah peristiwa penting untuk menentukan karakter penerus bangsa. Pendapat Muhadjir Efendy sangatlah penting mengingat peran dan statusnya. Sehingga apa yang ia katakan bisa menjadi himbauan, perintah, bahkan kecaman yang menarik banyak perhatian.
Penulis berita hanya menunjukkan sisi kecurangan guru, padahal banyak pula guru yang tidak berbuat curang. Dalam konteks sosial guru menjadi sosok yang digugu dan ditiru. Apa yang menjadi perkataan guru, bisa menjadi sebuah hukum yang selalu dipegang sorang murid. Karakter siswa yang curang seolah menjadi kesalahan penuh guru dan sekolah.  Guru menjadi kelompok yang termarjinalkan, padahal karakter seorang murid tidak hanya dibentuk oleh guru tetapi juga faktor lain, seperti faktor keluarga, pergaulan serta karakter dari setiap siswa.

Simpulan
Sangat penting untuk mencerna sebuah wacana dengan menganalisisnya terlebih dahulu karena dalam sebuah wacana isi yang disampaikan belum sepenuhnya akurat. Permainan kata dan pemilihan leksikon mampu menyajikan sebuah berita yang sangat terpercaya. Namun berita tidaklah lepas dari konteks sosial serta latar belakang tujuan penulis. dalam berita "Mendikbud Ancam Pecat Guru Curang", menyadarkan kita bahwa karakter guru sangatlah penting dalam pendidikan. Untuk mewujudkan pendidikan berkarakter harus diimbangi dengan pengajar yang berkarakter pula.


Rekomendasi
            Teori Van Djik cukup efektif sebagai pendekatan dalam menganalisis berita. Namun tidak semua teori yang ada dapat diterapkan dalam berita. Berita mengenai kecurangan guru, sekolah, maupun siswa selalu menjadi sorotan setiap tahunnya mengingat Ujian Nasional dilakukan setiap tahun sekali. Akan menjadi hal yang bermanfaat jika kita mau menganalisisnya secara mendalam agar mampu melihat sebuah akar permasalahan dengan benar. Banyak teori lain yang dapat digunakan selain teori Van Djik, membandingkan dengan teori yang sudah ada di buku mengenai pendidikan dan pembelajaran juga akan sangat menarik untuk menambah keakuratan data dan hasil analisis.


Sumber Pustaka
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS.

Hariajogja.com. Mendikbud Ancam Pecat Guru Curang. 



link artikel yang dianalisis: http://www.harianjogja.com/baca/2017/04/05/ujian-nasional-2017-mendikbud-ancam-pecat-guru-curang-807491








Tidak ada komentar :

Posting Komentar